Monday, November 14, 2011

Indonesia dan Pahlawan

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Begitulah yang sering dikatakan orang orang. Namun, memperhatikan yang terjadi di Indonesia, sepertinya Hari Pahlawan belum bisa menjadi Hari Besar di kalender nasional dan mendapatkan tempatnya sebagai tanggal merah. Bahkan sepertinya, Hari Pahlawan tidak lebih penting atau mungkin tidak sama penting dengan hari cuti bersama yang mendapat tempatnya sebagai tanggal merah. Jadi, bila Hari Pahlawan belum sepenting atau sebesar hari hari cuti bersama, apakah saya salah bila saya mengambil kesimpulan bahwa bangsa Indonesia (baca: Indonesia bukan Endonesia ya) belum bisa menghargai pahlawannya?

Wednesday, September 21, 2011

Jadilah manusia yang berkemanusiaan.

Apakah kita tahu? Lebih banyak pembunuhan di dunia ini yang mengatas namakan Tuhan daripada alasan lainnya.

Mungkin jika orang orang lebih berkemanusiaan daripada beragama, dunia akan lebih damai. Namun yang sering kita lihat di dunia sekitar kita justru sebaliknya, banyak orang yang saking beragamanya akhirnya menjadi tidak berkemanusiaan. Banyak perang, pembunuhan, tindakan anarkis yang didasari agama. Menurut saya yang bodoh ini, kebanyakan orang terlalu fokus pada agama sehingga mereka lupa esensi dari agama itu sendiri.
Mari coba kita letakkan seperti ini, Tuhan menciptakan manusia, kemudian Tuhan menciptakan agama untuk membuat hidup manusia baik.
Jadi apakah saya salah bila saya menyimpulkan bahwa yang Tuhan inginkan adalah menciptakan manusia yang baik? Berarti agama hanya merupakan sebuah alat untuk menciptakan manusia yang baik.
Jadi, janganlah hanya beragama atau membela agama, belalah tujuan dari agama, jadilah apa yang agama inginkan, jadilah manusia yang baik. Manusia yang mencintai sesamanya. Karena bila anda menjadi orang yang beragama tapi bukan manusia yang baik, anda hanyalah menjadi orang yang memiliki alat tetapi tidak bisa menggunakan alat itu dengan baik. Dan jangan gunakan alat yang baik itu untuk menyakiti sesama anda.


Jadilah manusia yang berkemanusiaan karena disaat kita tidak lagi berjuang untuk satu sama lain, disitulah kita telah kehilangan kemanusiaan kita.

Wednesday, August 17, 2011

Selamat hari kemerdekaan Indonesiaku!

Keadilan itu persoalan siapa yang benar dan siapa yang salah. Hukum itu persoalan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Di negara ini, masyarakat menyerukan keadilan! Tapi pemerintah "keukeuh" dengan hukum. Jadi jangan heran bila kepentingan rakyat selalu kalah dengan kepentingan orang orang yang "mengaku" abdi rakyat. 
Memang menyedihkan bila melihat perilaku para "pejabat" di negeri ini. Pemerintahan yang dipenuhi orang orang pintar tapi tidak memiliki hati nurani. Pejabat tanpa hati nurani biasanya menjadi penjahat. Hingga hari ini, negeri yang katanya makmur ini belum bisa mensejahterakan rakyatnya. Tapi sepertinya sudah cukup makmur untuk memberikan fasilitas yang berlebihan pada pejabat pemerintahnya. 
Kepentingan pribadi, golongan, partai atau apa pun sebutannya menjadi prioritas nomor satu bagi mereka. Bahkan bila kita bandingkan dengan karyawan di sebuah perusahaan swasta, tentunya tidak akan diizinkan untuk memiki "side job" karena tentunya akan menimbulkan konflik kepentingan. Namun hebatnya pemerintah kita, presiden bisa memiliki "side job" sebagai pembina partai, menteri bisa memiliki "side job" sebagai ketua partai bahkan masih bisa menjalankan perusahaan, wakil bupati yang masih sempat membuat film semasa menjabat, anggota dpr yang memiliki "side job" sebagai artis, dan hal hal lainnya yang semacam itu.
Dengan segala hormat saya yang hanya sebagai warga negara Indonesia biasa, bila menjalankan negara hanya merupakan "side job" untuk anda anda semua, turunlah dari jabatan anda. Karena kami, bangsa Indonesia, membutuhkan pemimpin pemimpin yang berkomitmen dengan tugasnya kepada negara dan rakyatnya!
Selamat hari kemerdekaan Indonesiaku, semoga kelak ada pemimpin yang dapat memperlakukan Indonesiaku dengan penuh cinta.

Wednesday, May 25, 2011

Siapa Bilang Orang Indonesia Tidak Bisa Tertib?

Bila kita melihat hal hal yang terjadi di sekeliling kita terutama di Indonesia, banyak sekali kejadian dan peristiwa yang memang membuat kita berasumsi bahwa orang Indonesia tidak bisa tertib dan teratur.
Baru saja beberapa langkah memasuki jalan raya, kita akan menyaksikan lalu lintas yang dapat dibilang kacau, tidak teratur dan cenderung tidak manusiawi. Kenapa saya bilang tidak manusiawi? Karena banyak diantara para pengguna jalan yang bukan hanya melanggar rambu rambu, tapi juga melanggar hak orang lain sekaligus etika kesopanan. Ada yang memotong jalur orang lain, menggunakan jalur orang lain serta kejadian lainnya yang dapat teman teman saksikan sendiri.

Ketidak-tertiban seperti ini pun dapat dijumpai di tempat tempat lain misalnya tempat tempat umum, misalkan antrian pembelian tiket yang tidak berbaris, penumpang kereta api dan bahkan pesawat terbang yang berlomba lomba masuk duluan, bahkan kongres dan rapat lembaga negara pun bisa berlangsung ricuh serta contoh contoh lainnya. Hal yang paling sering kita jumpai adalah sampah yang dibuang sembarangan. Tidak adanya tempat sampah bukan berarti membenarkan membuang sampah sembarangan, itu sama saja menyalahkan orang lain atas perbuatan diri sendiri.

Hal hal semacam ini walaupun seringkali membuat kesal menjadi suguhan sehari hari bagi kita. Suatu ketika saya pernah melihat di Televisi ada seorang polisi ditanyai tanggapannya mengenai penertiban masyarakat dalam hal ini tentang berlalu lintas, dan polisi itu menjawab bahwa memang sulit untuk mentertibkan masyarakat dan memang butuh kesadaran dari masyarakat untuk tertib. Yang saya tangkap dari tanggapan tersebut adalah bahwa masyarakat Indonesia memang tidak bisa tertib bahkan dengan cara apa pun yang dilakukan oleh polisi dan atau pihak berwenang lainnya.

Ini sebenarnya cukup menggelitik saya, apakah iya memang orang Indonesia itu tidak bisa tertib dan atau ditertibkan? Bila kita pikirkan kembali, banyak sekali orang Indonesia yang tinggal di luar negeri dan apakah mereka menjadi orang orang yang tidak tertib dan tidak teratur di negara lain tempat mereka tinggal itu? Jawabannya tidak, orang orang Indonesia yang tidak tinggal di Indonesia dapat hidup dengan tertib dan teratur. Jadi apakah saya salah bila saya menyimpulkan bahwa orang orang di Indonesia tidak tertib dan tidak teratur bukan karena memang mereka begitu, tapi karena pihak pihak yang seharusnya mentertibkan dan mengatur tidak mampu untuk melaksanakan tugasnya? Bahwa yang salah bukan manusianya, tetapi sistemnya?

Buktinya, Orang Indonesia yang tinggal di negara lain nyatanya bisa tertib dan teratur.

Saturday, May 14, 2011

apakah beragama berarti berTuhan?


ketika agama diutamakan, terjadi perselisihan, konflik bahkan perang. jika Tuhan diutamakan, maka pastinya akan tercipta damai. jika kita melihat yg terjadi di dunia, banyak perselisihan, konflik bahkan perang, salahkah bila saya mengambil kesimpulan bahwa dunia ini dipenuhi orang orang beragama tapi tidak berTuhan?
lucu memang ketika banyak manusia yang berbondong bondong meneriakkan nama Tuhan, namun hanya karena mereka menyebut nama Tuhan yang berbeda akhirnya berselisih.
Fakta yang cukup menyedihkan adalah lebih banyak manusia yang dibunuh atas nama Tuhan daripada alasan alasan lain di dunia.

apa yang salah dengan Tuhan? tidak ada yang salah dengan Tuhan, yang salah adalah bagaimana sebenarnya hanya sedikit dari kita manusia yang dikenalkan dan diakrabkan dengan Tuhan. Pada suatu saat saya pernah bertanya pada seorang teman yang "kebetulan" beragama Islam, menurutnya agama apakah yang paling baik? yah, tentu saja dia menjawab Islam, bodohnya aku. tapi kemudian saya bertanya kembali, jika dia lahir dan dibesarkan dari keluarga yang bukan Islam, misalnya Kristen atau lainnya, apakah dia sekarang akan memeluk agama Islam? dan dia terdiam sebentar kemudian menjawab, kemungkinan besar tidak. pertanyaan dengan format yang sama pernah saya tanyakan juga pada sekelompok remaja gereja yang sedang menjalankan retreat pra baptis, dan mereka pun menjawab, tidak.

Bila kita dapat mengambil kesimpulan dari kasus diatas salahkah bila kita mengambil kesimpulan bahwa agama hanyalah sesuatu yang di doktrin pada seseorang dari masa kanak kanak hingga terus pada masa dewasanya, layaknya sebuah pencucian otak?

Namun ketika kita pikirkan lebih dalam, agama pun tidak bersalah dalam hal ini. toh kita yakin bahwa semua agama pun mengajarkan manusia untuk berbuat baik dalam hidupnya. jadi, apakah letak kesalahannya ada pada pendidikan agama, cara mengajarkannya dan bukan agama itu sendiri?
bila kita pikir lebih jauh lagi, memang sih tidak ada yang namanya pendidikan Ketuhanan. yang ada hanyalah pendidikan agama. apakah hal sesederhana ini yang menyebabkan manusia lebih mengenal agama daripada Tuhan? apakah memang akan lebih baik jika seseorang diajarkan atau dibuat paham tentang konsep Tuhan sebelum belajar agama? 

bila saya letakkan dalam sebuah analogi. apakah kita bisa belajar membuat nasi goreng bila kita tidak tau apa yang disebut nasi goreng? ataukah lebih baik bila kita ditunjukkan terlebih dahulu apa itu nasi goreng, baru kemudian kita belajar membuat nasi goreng? saya rasa cara yang kedua akan membuat hasil yang lebih baik dan terarah.